Minggu, 29 Mei 2016

Glow in the Dark

Kita memandang dunia --kehidupan--  kita dengan 2 sisi. Yaitu : Dunia kacau dan Dunia yang baik baik aja.

Ibarat dinding tembok, seiring dengan waktu, ada beberapa bagian yang terkelupas, ada bagian yang jamuran dsb. Ketika kita melihat dinding yang terkelupas dan jamuran tsb, kita akan berusaha mengecat ulang. Begitu juga ketika kita melihat dunia kita, bila ada yang tidak sesuai dengan keinginan kita, ada yang ingin kita "cat" ulang.

Boleh boleh saja kita cat ulang, tapi kita juga mesti tau aturannya. Mengecat ulang berarti kita mesti menyisik-mengelupasi cat lama, sehingga akan menimbulkan sedikit keberantakan.
Bekas cat lama akan berserakan bahkan membuat kita menutup hidung karena serpihan catnya. Akan ada ketidaknyaman sementara ketika proses pengelupasan cat lama sedang di lakukan. Setelah semua bersih, baru lah cat baru bisa di aplikasi kan. Butuh waktu untuk membuat cat itu kering dan dinding di ruangan itu bisa terlihat lebih indah dengan cat barunya.

Nah proses pengelupasan cat itu yang kadang kalau kita tidak bisa menerima kenyataan, kita memandang hidup kita sedang bergaul dengan si mas salah. Kita mengeluhkan serpihan cat lama. Kita melihat dunia kita kacau.

Beda dengan orang yang menerima proses pengelupasan cat itu sebagai proses yang harus di jalani. Tidak mengganggap itu sebagai si mas salah. Dia menerima ketidaknyamanan tsb dengan ikhlas dan sabar. Dia yakin bahwa semua proses itu untuk menghasilkan cat dan tembok yang lebih bersih dan indah. Justru kalo cat lama tidak di kelupas, hasilnya justru kurang maksimal.

Ketika kita menerima kenyataan hidup dari sisi dunia baik baik aja, semua akan baik baik saja. Kita tidak kenal dengan si mas salah. Kita tidak menentang kehidupan. Semua mengalir sebagaimana harus mengalir. Tidak usah takut dengan aliran kehidupan. Toh semua sudah di atur sedemikian rupa. Yang pasti namanya mengalir adalah karena adanya pergerakan.

Jam selalu berputar, tidak akan jam di angka 1 terus atau jam 10 terus. Nikmati saja setiap detiknya.

Bumi tiap hari masih berputar. Matahari masih setia menyinari bumi. Burung masih berkicau. Ayam masih berkokok menjelang subuh. Nikmati saja.

Tidak akan hidup ini selalu sama situasi dan kondisinya. Nikmati saja.

Yang pasti, jalani hidup ini sesuai dengan koridornya. Tetap berbuat yang terbaik setiap saat. Tetap setia pada kebaikan. Jalan lurus lurus aja.

Yakinlah, hanya butuh waktu sementara atas ketidaknyaman. Yakinlah. Semua akan baik baik saja :)

Justru pada saat proses pengelupasan cat lama, banyak lah berdoa, mendekat kepada Sang Pemilik Kehidupan, agar kita di anugerahi cat dengan kualitas terbaik, yang kuat dan tahan terhadap cuaca apapun, yang mudah di hapus bila terpercik noda tanpa membuat cat terkelupas, yang tidak saja bersih dan mengkilat tapi bisa menyala dalam gelap. Tidak cuman indah di liat tapi bisa menerangi sekelilingnya. Glow in the dark. Subhanallah. Allahuma amin.

Sabtu, 28 Mei 2016

Pohon pisang

Bermula dari ke -awarre- an ku #halah.. Lebih tepatnya ke isengan ga sengaja mengamati sekumpulan pohon pisang di pekarangan depan kanan rumah ku, aku baru nyadar kalo pohon pisang depan rumahku belum pernah ku lihat berbuah. Padahal ku lihat pokok pohonnya udah menjulang tinggi dan sepertinya udah "tua"

Mengingat omongan beberapa orang, bahwa kalo pohon atau tanaman yang sering di ajak bicara itu bisa tumbuh subur, akhirnya aku mau menerapkan hal itu.
Jujur aku ga suka yang berbau tanam menanam bunga atau pohon lah, ga naturalis banget lah. Masa iya aku mesti ngomong sendirian, di bawah pohon pisang pula.. Hmm

Aku cuman berdiri di balik jendela kaca depan rumah, sambil ngomong "Pohon pisang, semoga kamu cepat berbuah ya". Iseng tapi tulus sih doa nya, ada mungkin beberapa kali saya doa baik lisan atau cuman membatin di dalam hati sambil ngeliat tuh pohon pisang. Pernah juga sekali aku doain tuh pohon saat hujan. Berasa apaaa gitu yaa hehehe... Ya begitu lah adanya

Sampai kemudian, beberapa hari lalu, pas ngliat pohon pisang, ada satu pohon pisang yang sudah tumbuh jantung pisang menjuntai ke bawah. Subhanallah... Aku kayak dapat apaa gitu. Bahagiaa gitu rasanya.. Berkali kali ku liat pohon pisang itu berasa takjub dan ikut bersyukur. Padahal itu pohon pisang bukan pohon pisangku tapi punya tetangga, bukan aku juga yang nanam. Tapi ada rasa ikut senang ketika kebaikan untuk makhluk lain yang kita inginkan, akhirnya bisa di dapat oleh makhluk tsb.

Pohon pisang itu berbuah udah pasti karena izin Allah, belum tentu karena terkabulnya doa saya juga.. #takutgeer saya.

Kesimpulan:
1. Mendoakan manusia lain atau bahkan makhluk lain tanpa mereka ketahui, seperti memberi kebaikan dengan tangan kanan dan tangan kiri tidak tahu. Dalam cerita pohon pisang ini, aku bahkan ga tau, itu pohon pisang tau atau tidak waktu saya berdoa untuknya.
2. Mendoakan orang lain sama dengan memberi kebaikan sama dengan sedekah. Brarti itu adalah sedekah yang sangat mudah dan tidak perlu biaya alias gratis. Hanya perlu ketulusan hati.
3. Latih ketulusan hati kita dengan banyak peduli pada lingkungan atau sekitarnya. Ada banyak pahala kebaikan di sana. Doa lah dengan ikhlas. Yang memang butuh empati yg tinggi dari hati kita
4. Mendoakan orang lain tidak perlu mencari waktu khusus. Sebisanya aja. Dan tidak perlu kita harus kenal dulu. Cukup gunakan good feeling anda.

Contoh:
1. Ketika berhenti di lampu merah, anda melihat seorang ibu membawa bayi di gendongannya dan anak lain di boncengannya, doa kan saja dengan tulus "semoga ibu itu di beri kemudahan dalam membesarkan anaknya, di baikkan rejekinya dan di mampukan untuk memiliki mobil. Amin"
Indah sekali bukan dengan apa yang anda lakukan dg tulus tanpa ibu itu tahu. Hanya Allah dan anda yang tahu.
2. Misal ketika jalan ke mall, ada salah satu toko yang sepi. Doakan saja supaya toko itu bisa rame pembeli.
3. Ada tetangga yang masih ngontrak rumah, doakan saja supaya di mampukan punya rumah sendiri.
4. Ada jomblo belum nikah nikah, doakan saja supaya segera datang jodohnya.

Dan lain sebagainya. Buanyak. Se simple itu. Hanya butuh ke awarre an anda. Kepedulian kita. Tidak semua orang bisa kita bantu, tapi dengan doa, kita mungkin bisa membantu mereka, secara tidak langsung :)

Kita tidak tahu dari doa siapa yang akan di kabulkan. Marilah banyak berdoa untuk sesama :)

Rabu, 18 Mei 2016

Kagumku pada Mu

Apa yang muncul dalam pikiran anda ketika ada tetangga yang punya mobil keluaran terbaru, berderet di depan rumahnya, padahal kita hanya punya sepeda motor ?

Apa yang yang ada dalam pikiran anda, ketika melalui jalan raya, banyak toko besar dan mall dengan kemegahannya, Padahal mungkin anda cuman punya warung sembako kecil di gang kecil ?

Apa yang ada dalam pikiran Anda, ketika melihat gedung bertingkat tinggi, apartement tinggi berjejer, padahal mungkin anda hanya tinggal di rumah sederhana ?

Ketika saya melihat semua bentuk dari kekayaan itu, terbersit kekaguman dan pertanyaan, kenapa orang bisa sekaya itu? dari mana dapatnya? bagaimana rasanya? dan semua yang bernada kekaguman dan bahkan keinginan untuk bisa punya seperti orang orang itu.

Dan pikiran serta pertanyaan itu masih sering muncul, sampai suatu hari saya tersadarkan, untuk apa saya kagum pada yang sama sama manusia seperti saya. bukankah harusnya saya harus kagum sekagum kagumnya pada Dzat Yang Maha Kaya dan Dzat Yang Memberi Kekayaan. Dia lah Allah. Y Ghaniyyu Ya Mughnii.

Iya kan betul kan?

Tidak ada orang yang kaya hanya karena keras kerasnya, kecuali Allah memberinya buah dari kerja kerasnya berupa kekayaan

Pun bukan berarti tidak akan orang bisa menjadi kaya kalau tidak bekerja keras. Lihatlah betapa banyak orang yang beruntung terlahir dari orang tua yang sudah kaya dan dia tinggal menjalani hidup sebagai orang kaya tanpa kerja keras.

Semua itu karena Allah. Allah yang memberi kekayaan tersebut. Ya Allah betapa Engkau sangat kaya. Sangat sangat sangattttt kaya. Kayaaaa sekaliii. Subhanallah...
Tidak cuman yang ada di bumi yang bisa ku liat, tapi juga di seluruh alam semesta jagad raya yang aku belum dan atau tidak bisa melihatnya.

Ya Allah Ya Ghaniyyu Ya Mughni
Kayakanlah kami dengan karunia Mu, Sehingga kami tidak minta kepada selain Mu. Amin ya Robbal'alamin...

Senin, 16 Mei 2016

Hiduplah untuk saat ini

Banyak orang tau bahwa tidak mudah hidup di jaman sekarang. Banyak yang menyesalkan masa lalu dan takut akan masa depan.

Hiduplah untuk sekarang.
Untuk hari ini.

Hari kemarin sudah menjadi masa lalu.
Hari yang tidak mungkin kita bisa mengulanginya lagi.
Jangan bandingkan diri kita dengan orang lain, bandingkan diri kita hari ini dengan diri kita kemarin. Lakukan saja yang terbaik sekarang, untuk memperbaiki hari yang kemarin.

Jangan kita kawatirkan juga tentang masa depan.
Hari ini lah yang menentukan masa depan kita esok hari.
Esok hari yang belum lagi datang, yang belum ada di genggaman.

Lakukan apapun yang terbaik hari ini.
Teruslah berbuat kebaikan untuk diri, dan berbagi kebaikan untuk orang lain.

Kita hari ini adalah buah dari yang kita lakukan "hari ini" di masa lalu.
Kita akan mendapatkan buah hari ini di "hari ini" di masa depan.

Jadi, hiduplah terbaik untuk hari ini, hari yang sedang kita miliki.. :)

_________&&&__________

Tulisan di atas adalah tulisan yang baru tersimpan di draft yang kemudian saat mau saya posting ada yang ingin saya tambahkan.

Saya pikir pikir, hiduplah untuk saat ini lebih tepat dari pada hiduplah untuk hari ini. Satu hari aja 24 jam. Betapa banyak dari kita yang banyak menunda suatu pekerjaan atau hal untuk di kerjakan nanti. Yang nanti nya itu bisa 5 menit lagi, 1 jam lagi atau bahkan 5 jam lagi.

Atau banyak juga di antara kita yang saat ini sedang mengerjakan sesuatu tapi pikiran kita melayang membayangkan pekerjaan atau hal lain. Betapa seringnya saya atau mungkin banyak orang di luar sana yang sering tidak fokus dengan "saat ini"

Jadi ini lah yang membuat saya berpikir untuk lebih fokus dengan apa yang harus kita lakukan saat ini, dari pada hari ini.

So, hiduplah dan lakukan yang terbaik untuk saat ini.

#hanyalahbuahpikiran
#forselfremind
#forbetterme

Jangan panjang angan angan

Bismillahirrohmanirrohiim..

Banyak orang berkata :
"bermimpilah setinggi langit"

Tapi tidak berlaku untuk saya. Saya bukan orang ambisius, saya orang yang menghindari mimpi terlalu tinggi, menghindari panjang angan-angan. Walaupun tidak di pungkiri saya juga manusia biasa yang punya banyak keinginan.

Dari kecil saya tidak punya cita-cita ingin menjadi apa kalau besar nanti. Beneran..., Paling kalau di tanya saya jawab aja pingin jadi guru. Tapi pada kenyataannya saya juga gak ada niatan untuk sekolah di keguruan. Dan sampai detik ini saya juga bukan ber profesi sebagai guru

Waktu saya sekolah SMEA jurusan Usaha Perjalanan Wisata -saya yang tidak punya akte kelahiran dan ada kesalahan penulisan nama bapak di ijazah- karena ketidaktahuan saya,, saya sempat berpikir bahwa saya tidak akan bisa bikin Paspor. Saya ikhlas kan saja waktu itu dan melupakan keinginan punya paspor dan bisa keluar negeri. Tapi Allah Maha Baik, Hanya sekitar 3 tahun saya lulus SMEA, saya sudah bisa punya Paspor dan bisa ke luar negeri, untuk jalan-jalan dan pakai uang hasil keringat sendiri! Alhamdulillah...

Banyak hal yang terjadi bukan karena saya mengimpikannya sejak lama. Saat itu terlintas keinginan dan kira-kira saat itu saya punya kemampuan untuk mewujudkan nya, saya berusaha keras untuk mewujudkan atau mendapatkannya. Tapi bila tidak, saya menunda keinginan atau bahkan melupakannya.

Dengan itu hidup rasanya lebih ringan, tidak terbebani dengan ambisi berlebihan.

Pernah suatu waktu, entah karena saya lupa kebiasaan hidup sedikit  ambisi ala saya atau mungkin saya yang sangat ambisi waktu itu, saya punya keinginan yang kuat akan sesuatu. Saya saat itu bener-bener berambisi untuk mendapatkannya. Siang malam saya pikirkan, hingga saya merasa hidup ini kurang, tidak bersyukur. Pun ketika saya melakukan amalan ataupun sedekah, pikiran hanya tertuju pada ambisi saya. Dan akhirnya setelah sekian lama berjuang, saya belum bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, ujung-ujungnya saya "menyalahkan" Allah kenapa doa saya tidak di kabulkan. Astaghfirullaah... Harusnya saya beramal harus dengan ikhlas untuk Allah, bukan karena ambisi saya.
Ambisi saya waktu itu menutup hati saya dan saya jadi amat kurang bersyukur dengan yang sudah saya miliki.

Untunglah saya segera sadar. Sekarang saya tidak mau di pusingkan dengan angan angan panjang. Ini adalah soal pilihan bagaimana menjalani hidup nyaman ala saya. Beda orang bisa beda pilihan bukan? :)